Posted by : Bank Makalah
Kamis, 30 April 2015
Pengertian Hukum Zakat
(Diajukan Untuk Memenuhi Nilai Fiqih)
Disusun Oleh:
Muhammad Yasin 1311050218
Fakultas Tarbiyah
IAIN Raden Intan Lampung
2013/2014
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Zakat merupakan suatu kewajiban bagi
umat Islam yang digunakan untuk membantu masyarakat lain, menstabilkan ekonomi
masyarakat dari kalangan bawah hingga kalangan atas, sehingga dengan adanya
zakat umat Islam tidak ada yang tertindas karena zakat dapat menghilangkan
jarak antara si kaya dan si miskin. Oleh karena itu, zakat sebagai
salah satu instrumen negara dan juga sebuah tawaran solusi untuk menbangkitkan
bangsa dari keterpurukan. Zakat juga sebuah ibadah mahdhah yang diwajibkan bagi
orang-orang Islam, namun diperuntukan bagi kepentingan seluruh masyarakat.
Zakat merupakan suatu ibadah yang
dipergunakan untuk kemaslahatan umat sehingga dengan adanya zakat (baik zakat
fitrah maupun zakat maal) kita dapat mempererat tali silaturahmi dengan
sesama umat Islam maupun dengan umat lain.
Oleh karena itu kesadaran untuk
menunaikan zakat bagi umat Islam harus ditingkatkan baik dalam menunaikan zakat
fitrah yang hanya setahun sekali pada bulan ramadhan, maupun zakat maal yang
seharusnya dilakukan sesuai dengan ketentuan zakat dalam yang telah ditetapkan
baik harta, hewan ternak, emas, perak dan sebagainya.
2. Rumusan Masalah
3. Pengertian Zakat ?
4. Dasar hukum zakat ?
5. Syarat-syarat mengeluarkan zakat ?
6. Macam-macam zakat ?
7. Yang berhak menerima zakat ?
8. Manfaat Zakat ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Zakat
Secara
etimologi (asal kata) zakat dari kata zaka yang berarti
berkah, tumbuh, bersih, suci, subur dan baik. Secara istilah zakat merupakan
upaya mensucikan diri dari kotoran kikir dan dosa melalui pengeluaran sedikit
dari nilai harta pribadi untuk kaum yang memerlukan.[1]
2. Dasar Hukum Zakat
Zakat hukumnya wajib bagi setiap
muslim yang memiliki harta yang telah sampai nishab untuk dikeluarkan zakatnya.
§ “Ambillah zakat dari
sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkandan mensucikan mereka
dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman
jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” (Qs.
At Taubah : 103)
§ “Dirikanlah sholat dan tunaikan
zakat.“ (Q.S. An-nisa : 77)
Hukum Zakat
Mengeluarkan zakat hukumnya Fardhu
‘Ain bagi setiap orang Islam yang mampu dan kaya. Mengeluarkan zakat dilakukan
tiap-tiap tahun sesuai dengan peraturan zakat oleh orang-orang yang mampu dan
diberikan kepada orang-orang yang tidak mampu atau miskin dan orang-orang yang
berhak menerimanya.
Pada zaman Abu Bakar Ash Shiddiq
menjadi khalifah, orang-orang Islam yang membangkang terhadap kewajiban
membayar zakat diperangi sampai mereka sadar dan patuh kembali membayar zakat.
3. Syarat-syarat Mengeluarkan Zakat
ü Islam : Zakat
hanya diwajibkan bagi orang Islam saja.
ü Merdeka : Hamba
sahaya tidak wajib mengeluarkan zakat kecuali zakat fitrah, sedangkan tuannya
wajib mengeluarkannya. Di masa sekarang persoalan hamba sahaya tidak ada lagi.
Bagaimanapun syarat merdeka tetap harus dicantumkan sebagai salah satu
syarat wajib mengeluarkan zakat karena persoalan hamba sahaya ini merupakan
salah satu syarat yang tetap ada.
ü Milik
Sepenuhnya : Harta yang akan dizakati hendaknya milik sepenuhnya
seorang yang beragama Islam dan harus merdeka. Bagi harta yang bekerjasama
antara orang Islam dengan orang bukan Islam, maka hanya harta orang Islam saja
yang dikeluarkan zakatnya.
ü Cukup
Haul : cukup haul maksudnya harta tersebut dimiliki
genap setahun, selama 354 hari menurut tanggalan hijrah atau 365 hari menurut
tanggalan mashehi.
ü Cukup
Nisab : Nisab adalah nilai minimal sesuatu harta yang
wajib dikeluarkan zakatnya.
4. Macam-macam Zakat
Macam-macam zakat secara garis besar
ada dua macam yaitu zakat fitrah dan zakat harta benda atau maal. Ulama madzhab
sepakat bahwa tidak sah mengeluarkan zakat kecuali dengan niat.
1) Zakat
Nafs (Fitrah)
Zakat
fitrah adalah zakat untuk pembersih diri yang diwajibkan untuk dikeluarkan
setiap akhir bulan Ramadhan. Ketentuan waktu pengeluaran zakat dapat dilakukan
mulai dari awal Ramadhan sampai yang paling utama pada malam Idul Fitri dan
paling lambat pagi hari Idul Fitri.[2]
عَنْ
اِبْنِ عُمَرَرَضِيَ للّهُ عَنْهُمَاقَالَ : فَرض رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ زَكَاةَ الفِطْرِصَاعً مِنْ تَمْرٍاَوْصَاعًامِنْ
شَعِيْرٍعَلَى الْعَبْدِ وَالْحَرِّوَالذَّ كَرَوالأُنْثَى
وَاالصَّغِيْرِوَاكَبِيْرِمِنَ الْمُسْلِمِيْنَ وَاَمِرَبِهَا اَنْ تَؤَدَّى
قَبْلَ خُرُوْجِ النَّاسِ اِلَى الصَّلاَ ةِ[3]
“Ibnu
Umar ra. Ia berkata : Rasulullah SAW mewajibkan zakat fitrah satu sha’ kurma
atau satu sha’ gandum atas setiap hamba dengan orang merdeka, baik laki-laki,
perempuan, kecil maupun besar dari kalangan kaum muslimin dan beliau menyuruh
agar zakat fitrah itu ditunaikan sebelum orang-orang keluar untuk sholat (idul
fitri)”.
Hadits diatas menjelaskan bahwa
Rasulullah mewajibkan zakat fitrah. Adapun nishabnya 1 sha’ (2,5kg).
2) Zakat
Maal
Zakat
Maal adalah zakat yang berhubungan dengan harta: yaitu emas, perak, binatang
ternak, hasil tanaman dan buah-buahan, serta harta barang dagangan.[4]
1. Zakat Emas dan Perak
Emas dan perak merupakan harta yang
wajib di keluarkan zakatnya jika telah memenuhi nishab dan haul.
Nishab zakat emas dan perak :
Nishab emas 20 misqaal (96 gram).
Besarnya zakat yang harus
dikeluarkan 2,5%.
Kalau emas lebih dari batas
tersebut, dihitung dengan ketentuan 2,5% kali besarnya (banyaknya) emas.
Nishab perak 200 dirham. Besarnya
zakat sama dengan emas 2,5%. Jadi perak yang berjumlah 200 dirham, zakatnya
2,5% = 5 dirham. Kalau bertambah nanti, dihitung dengan ketentuan pengeluaran
zakat 2,5%.
(1
dirham = 3 gram).[5]
2. Binatang Ternak
Nishab hasil peternakan (binatang
ternak) yang telah ditentukan pada zaman Nabi adalah mengenai zakat unta, sapi
dan kambing.
a) Zakat
Unta
NO
|
JUMLAH UNTA
|
JUMLAH ZAKAT
|
1
|
5 ekor
|
1 ekor kambing
|
2
|
10 ekor
|
2 ekor kambing
|
3
|
15 ekor
|
3 ekor kambing
|
4
|
20 ekor
|
4 ekor kambing
|
5
|
25 ekor
|
1 ekor unta umur 1 tahun penuh
|
6
|
36 ekor
|
1 ekor unta umur 2 tahun penuh
|
7
|
46 ekor
|
1 ekor unta umur 3 tahun penuh
|
8
|
61 ekor
|
1 ekor unta umur 4 tahun penuh
|
9
|
76 ekor
|
2 ekor unta umur 2 tahun penuh
|
10
|
91 ekor
|
2 ekor unta umur 3 tahun penuh
|
11
|
121 ekor
|
3 ekor unta umur 2 tahun penuh
|
12
|
Setiap tambahan 40 ekor
|
Tambah 1 ekor unta umur 2 tahun
penuh
|
b) Zakat
Sapi
Sapi yang sudah berjumlah 30 ekor
wajib dikeluarkan zakatnya 1 ekor sapi umur 1 tahun penuh. Dan sapi yang
berjumlah 40 ekor wajib dikeluarkan 1 ekor sapi umur 2 tahun penuh.
c) Zakat
Kambing
Kalau kambning sudah mencapai jumlah
40 ekor, wajib dikeluarkan zakatnya 1 ekor kambing.
NO
|
JUMLAH KAMBING
|
JUMLAH ZAKAT
|
1
|
40-120 ekor
|
1 ekor kambing umur 2 tahun
|
2
|
121-200 ekor
|
2 ekor kambing umur 2 tahun
|
3
|
201-300 ekor
|
3 ekor kambing umur 2 tahun
|
4
|
301-400 ekor
|
4 ekor kambing umur 2 tahun
|
5
|
Setiap tambah 100 ekor
|
Zakatnya tambah 1 ekor kambing
|
3. Zakat Hasil Tanaman dan Buah-buahan
وَاَتُوْا
حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ ، الانعام : 141
“Berilkanlah
haknya (zakat) pada waktu memetik hasilnya”.
(QS.Al-An’am:141 )[6]
Nishab
tanaman dan buah-buahan (untuk wajib zakat) 1 ton padi.[7]
4. Zakat Barang Dagangan
Dijelaskan oleh hadits Rasulullah
SAW yang disampaikan oleh Samurah bin Jundab, beliau berkata :
كَانَ رَسُوْلُ اللّهِ صَلَّى اللّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَأْمُرُنَا اَنْ نُخْرِجَ الزَّكَاةَ مِمَّا نَعُدُّهُ
لِلْبَيْغِ
“Rasulullah
menyuruh kami untuk mengeluarkan zakat dari setiap barang yang kami persiapkan
untuk perdagangan.” (HR.Abu Dawud)[8]
Nishab
zakat perdagangan adalah 200 dirham atau 20 dinar (sama dengan nishab zakat
emas dan perak). Zakat yang harus dikeluarkan 2,5%. Pedagang hendaknya
menghitung barang-dagangannya pada akhir tahun. Penghitungannya berdasarkan
pembelian.[9]
5. Yang Berhak Menerima Zakat
$yJ¯RÎ)àM»s%y¢Á9$#Ïä!#ts)àÿù=Ï9ÈûüÅ3»|¡yJø9$#urtû,Î#ÏJ»yèø9$#ur$pkön=tæÏpxÿ©9xsßJø9$#uröNåkæ5qè=è%ÎûurÉ>$s%Ìh9$#tûüÏBÌ»tóø9$#urÎûurÈ@Î6y«!$#Èûøó$#urÈ@Î6¡¡9$#(ZpÒÌsùÆÏiB«!$#3ª!$#uríOÎ=tæÒOÅ6ymÇÏÉÈ
“Sesungguhnya
zakat-zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir,orang-orang miskin, amil
zakat, yang dilunakkan hatinya(muallaf), untuk (memerdekakan hamba sahaya),
orang-orang yang berhutang, untuk jalan Allah dan oran-orang yang sedang dalam
perjalanan, sebagai diwajibkan dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha
Bijaksana”. (QS
At.Taubah:60)[10]
Ayat tersebut menjelaskan bahwa yang
berhak menerima zakat ialah 8 kategori manusia, yaitu :
1. Orang Fakir (al-Fuqara’)
Al-Fuqara’ adalah kelompok pertama
yang menerima bagian zakat. Mereka adalah orang yang tidak memiliki harta benda
dan pekerjaan yang mampu mencukupi kebutuhannya sehari-hari.
2. Orang Miskin (al-Masakin)
Al-Masakin adalah kelompok kedua
penerima zakat. Mereka adalah orang yang memiliki pekerjaan, tetapi
penghasilannya tidak dapat dipakai untuk kebutuhan hajat hidupnya.
3. Panitia Zakat (al-‘Amil)
Panitia zakat adalah orang-orang
yang bekerja memungut zakat. Panitia disyaratkan harus memiliki sifat kejujuran
dan menguasai hukum zakat.
4. Muallaf
Muallaf adalah kelompok orang-orang
yang lemah niatnya untuk memasuki Islam.
5. Para Budak
Para budak yang dimaksud disini,
menurut jumhur ulama, ialah para budak muslim yang telah mebuat perjanjian
dengan tuannya untuk dimerdekakan dan tidak memiliki uang untuk membayar
tebusan atas diri mereka, meskipun mereka telah bekerja keras dan membanting
tulang mati-matian. Syarat pembayaran zakat budak yang dijanjikan untuk
dimerdekakan ialah budak itu harus muslim dan memerlukan bantuan seperti itu.
6. Ghaarimun (orang yang mempunyai
utang)
Mereka adalah orang-orang yang
memiliki utang untuk tujuan yang baik berhak menerima zakat. Tetapi jika
utangnya itu untuk maksiat, kebutuhan-kebutuhan hawa nafsu, tidak boleh diberi
zakat, dan tidak berhak menerima zakat.
7. Ibnu Sabil
Mereka adalah orang yang dalam
keadaan bepergian untuk kebaikan, bukan untuk maksiat.
8. Sabilillah
Mereka
ialah orang-orang yang berjuang dijalan Allah tanpa mendapat gaji.[11]
6. Orang yang tidak berhak menerima
zakat
7. Orang kaya dengan harta atau kaya
dengan usaha dan penghasilan.
8. Hamba sahaya, karena mereka mendapat
nafkah dari tuan mereka.
9. Keturunan Rasulullah SAW.
10. Orang dalam tanggungan yang berzakat
, artinya orang yang berzakat tidak boleh memberikan zakatnya kepada orang yang
dalam tanggungannya dengan nama fakir atau miskin, sedangkan mereka mendapat
nafkah yang mencukupi. Tetapi dengan nama lain, seperti nama pengurus zakat
atau berutang, tidak ada halangan. Begitu juga kalau mereka tidak mencukupi
dari nafkah yang wajib.
11. Orang yang tidak beragama Islam.[12]
7. Manfaat Zakat
8. Meningkatkan ketaqwaan orang yang
menunaikannya
9. Membersihkan dan mensucikan harta
kekayaan serta mensucikan pribadi dari sifat kikir
10. Menambah keberkahan hartanya dan
menumbuhkan usahanya, berkat do’a kaum fakir miskin yang menerima pembagian
zakat
11. Meringankan penderitaan fakir miskin
yang menerima pembagian zakat.
12. Mempersiapkan bekal pahala pembayar
zakat dengan pahala yang tidak putus-putusnya di akherat kelak.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Zakat merupakan upaya mensucikan
diri dari kotoran kikir dan dosa melalui pengeluaran sedikit dari nilai harta
pribadi untuk kaum yang memerlukan. Zakat wajib ditunaikan oleh setiap umat
muslim.
Zakat ada dua macam, yaitu zakat
nafs (fitrah) dan zakat maal. Zakat maal terdiri dari beberapa macam,
diantaranya zakat emas dan perak, binatang ternak, hasil tanaman dan
buah-buahan, serta harta barang dagangan.
Orang yang menunaikan zakat harus
memenuhi beberapa syarat antara lain; Islam, merdeka, hak milik yang sempurna,
mencapai nishab. Kemudian ada 8 golongan manusia yang berhak menerima zakat,
yaitu :
1. Orang Fakir (al-Fuqara’)
2. Orang Miskin (al-Masakin)
3. Panitia Zakat (al-‘Amil)
4. Muallaf
5. Para Budak
6. Ghaarimun (orang yang mempunyai
utang)
7. Ibnu Sabil
8. Sabilillah
Masalah yang berkaitan dengan zakat
harus kita pahami, apalagi kita sebagai mahasiswa muslim harus paham betul
tentang zakat. Sehingga kita dapat mengaplikasikan dalam kehiduapan
sehari-hari. Minimal untuk diri kita sendiri dan orang disekitar kita.
DAFTAR PUSTAKA
Inoed,
H. Amirudin, dkk. 2005. Anatomi Fiqih Zakat. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Nawawi,
Imam. 1999. Terjemah Riyadhus Shalihin. Jakarta: Pustaka Amani.
Bukhari,
Imam. 1993. Shahih Bukhari juz II. Semarang: CV. Asy Syifa’.
Rifa’i,
Moh, dkk. 1978. Terjemah Khulashah Kifayatul Akhyar. Semarang:
CV. Toha Putra.
Darajat,
Zakiah. 1982. Ilmu Fiqih. Jakarta: Direktorat Pembinaan Tinggi
Agama Islam.
Al-Qur’an
dan Terjemahnya. 2009. Bandung: Diponegoro.
Al-Zuhayly,
Wahbah. 1995. Zakat Kajian Berbagai Mazhab. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Bahreisy,
Hussein. 1980. Himpunan Hadits Pilihan Hadits Shahih Bukhari. Surabaya:
Al-Ikhlas.